Cerpen santri anti mainstream

                  “Santri Anti Mainstream”

        Disebuah taman yang dipenuhi pohon yang rindang dan bunga-bunga yang baru saja bermekaran dengan angin semhilir yang begitu sejuk. Aku terduduk manis sambil membaca buku favoritku, dibangku tengah taman tersebut. Tanpa kusadari, sosok pria tinggi sudah berdiri didepanku dan akupun mengangkat kepala.
      “haii,,kamu khumaida kan?” dia menyapaku, detak jantungku berdegup kencang dan perasaanku sangat gugup.
       Aku menjawabnya “ehh iya betul, ada apa ya?” setelah itu, aku hanya bisa berdiam diri sambil menatap wajah tampan pria tersebut.
       Sehingga buku yang aku bacapun tanpa tersadari terjatuh ketanah, saat aku hendak memungutnya ternyata pria itupun melakukan hal yang sama, tidak sengaja tanganku berada diatas tangan pria dan saling bersentuhan. “ya tuhan, ganteng banget ini cowo” gumamku dalam hati”.
 Mata kami saling bertatapan seperti didalam drama korea (eeeeaaaa)  aku menatap wajah pria itu lagi, yang wajahnya sangat mirip dengan sehun EXO . aku sangat canggung apalagi sekarang dia sudah duduk disampingku.
       “oh no, kenapa dia malah terus menatapku, sambil senyum begitu lagi!, yaallah gimana ini hatiku serasa mau copott”. Gerutuku dalam hati.
      Aku semakin terkejut ketika dia tiba-tiba membalikkan badanku, sehingga kami saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat dan aku diam seribu bahasa, bibirku bisu tak dapat berkata-kata. Tatapan yang tadi kagum berubah menjadi tatapan heran, aku tak dapat bertanya karena tangannya memegang bahuku dan wajahnya terus mendekatiku, semakin mendekat, lebih dekat lagi,  hingga aku dapat merasakan hembusan napasnya,” omg” gumamku. aku memejamkan mataku dan semakin mendekat.
     “Dor....dor....dor” terdengar suara gebrakan pintu.
     “hayya banat tahajud kholas sobah, mubasyroh illa hamam” (ayo putri tahajud sudah pagi, langsung kekamar mandi) suara yang nyaring itupun langsung membuat mataku terbuka dan  aku langsung terkejut lalu duduk.
     “ hah ternyata hanya mimpi” desahku sambil mengucek mata, kulanjutkan dengan membaca do’a bangun tidur.
     “ ish kenapa harus bangun sih, kan aku lagi mimpi indah” gerutuku dalam hati.
“umett hayya illa hamam sur’ah (ayo cepat kekamar mandi)” seru ka wafi sebagai muddabir ibadah di pondokku.
     Dengan perasaan kesal  aku berjalan santai menuju kamar mandi.
     “ yang telat dihukum” saat mendengar suara susulan itu aku langsung menyeludup antrian orang agar  tidak di hukum karena telat.
     “woy thobur (ngantri dong!) galiat tuh tulisan”  sambil menunjuk ke arah dinding. Aku langsung melihat ke arah dinding sebelahku, dengan terpampang jelas slogan yang bertuliskan “stay in line” yang artinya “ngantri dong”.
 “hehehe sorry yess...” ya dengan rasa tak tahu malu aku bergegas mundur kebelakang. Tak lama kemudian, akhirnya aku mendapatkan giliranku.
    Rasa ngantuk saat aku melaksanakan sholat tahajud tak pernah hilang.
“ aahh kenapa hari ini ngantuk banget sihh. ahah!, aku punya ide, biar bisa tidur dan tidak ketahuan oleh ka wafi” gumanku dalam hati.
      Akhirnya aku memegang tasbih dan berdzikir lalu tertidur pulas dengan posisi duduk sambil menundukan kepala.
     Adzan yang berkumandang dan ayam yang semakin banyak berkokok membangunkanku sehingga aku bergegas pergi berwudhu untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Oiya.. namaku Khumaida tetapi panggil saja aku dengan nama “umet” karena dengan nama seperti itulah teman-teman di pondok memanggilku.

******
     ”Alis, uus, hayya ta’alum sur’ah (ayo cepat kita berangkat ngaji)” dengan nada sangat tinggi, aku menunggu sejenak, tapi kedua temanku itu belum menampakkan batang hidungnya dengan sangat terpaksa aku kembali menuju asrama dan kekamar mereka.
Dan ternyata mereka tertidur kembali seusai jemaah subuh tadi.
”yaampun uus alis ayo bangun kita sudah terlambat” aku membangunkan mereka dengan menggoyangkan badan bahkan menarik tangan mereka “udah jam 6 lewat tau” kataku sambil menahan rasa kesal.
“ hah gawat! yang benar mett,,,astagfirullah gawat-gawat kita sudah telat” jawab mereka serentak sambil bangun dari tidurnya dengan cepat dan mereka memakai mukena sambil mengambil kitab mereka masing-masing lalu kamipun pergi menuju kelas.
 Saat itu dengan keindahan di pondok, terdengar banyak suara seretan sandal yang berbondong bondong menuju jihadnya yang selalu di sambut dengan syair dan nadzoman.
Saat sudah setengah jam mengaji “lis lis alis dipanggil ustadz ropi” saat itu alis langsung terbangun lalu mengangkat wajah ngantuknya dan mata merah bangun tidur dengan mukenanya yang kusut bahkan acak-acakan.
“iya tad” jawab alis, sambil mengucek matanya dan merapihkan mukenanya tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya yang sejak daritadi memperhatikannya.
“sini kamu! jawab pertanyaan dari bapak” ucap ustadz ropi  dengan nada tegas.
Beberapa detik kemudian “ yasudah silahkan duduk kembali” saut ustadz ropi.
Alispun langsung menuju tempat duduknya dan melanjutkan tidurnya. Begitulah alis, orang yang sangat kritis dengan apapun tetapi bisa menjawab pertanyaan dari ustadz ropi tentang jurumiyyah walaupun dia tidak memperhatikan dan sering tidur saat ustadz menjelaskan.
Dan inilah dia Alis Sulistiani yang sering di panggil Alis yang wajah nya enak di pandang alias cantik, dia memiliki banyak bakat bahkan suara nya yang dapat menyentuh hati namun terkadang susah di tebak dan moodnya yang sering berubah-rubah membuatku harus berhati-hati dengan sikapnya. Dengan semangat yang baru, kutemukan hari-hari ku.
”alis, uus kalian lihat” sambil menunjuk kearah matahari yang akan naik. Disitulah ku menyukai salah satu siklus waktu.
Sepulang ngaji aku langsung mengantri mandi untuk bersekolah.
 “Hei Umett,, ba’daki ane na’am (abis kamu aku ya!),pokoknya aku. Nanti pintu kamar mandinya tutup aja dulu, jangan sampai ada yang masuk oke”. Ucapnya dengan nada agak sedikit keras dan cepat lalu pergi begitu saja.
 ya memang sudah menjadi kebiasaan dipondok ini berbicara menggunakan bahasa arab dan inggris walaupun pada awalnya aku tidak tahu menahu tentang bahasa arab dan inggris, tetapi setelah disini aku belajar dan membiasakan diri untuk berbahasa sehingga aku bisa dan menggunakannya sebagai bahasa sehari-hariku. karena belajar bahasa itu mudah bila kita mau menghafal kosa-kata dan mempraktekkannya bukan hanya bahasa yang menjadi pengajaran dipondok ini, tetapi juga pengajaran salafiyah seperti kitab-kitab kuning pun diajarkan dipondokku.
Temanku yang tadi adalah teman yang paling ribet dan terkadang tingkahnya yang tidak jelas suka membingungkan namanya Siti Usniawati dengan nama panggilannya yang unik yaitu Uus.
Kehidupan seorang santri memang super sibuk bahkan saat sedang ngantripun mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing ada yang sedang sibuk dengan pekerjaannya sendiri karena mungkin mereka mengerjakan sesuatu yang ingin mereka selesaikan, didepan kamar 03 terdapat santri yang sedang menghafal Al-quran dengan handuk tersangkut dibahunya, bahkan dilorong samping kamar mandi ada 4 orang yang masing-masing memegang majmu dan gayung di hadapan mereka, ica teman sekelasku yang bersandar di dinding depan kamar mandi 4 pun sambil berpegangkan kamus di tangan kanannya, di ujung tangga terdapat 2 orang yang sedang bernyanyi lagu inggris dengan berpakaian rapi. Mereka  melakukan sesuatu dalam keadaan, posisi, dimanapun dan bagimanapun tak pernah  pandang bulu dan tidak memperdulikan itu semua yang penting adalah mereka dapat belajar dan menuntut ilmu.
Waktu yang sangat singkat, pengurus langsung menggebrak  dengan suara yang tidak asing lagi untuk bersekolah karena kedisplinan disini yang super duper membuatku berlarian menuju depan asrama dengan kaos kaki dan sepatu yang ku jinjing.
“Umett,,,”  terdengar suara panggilan yang khas dan begitu nyaring tetapi aku menghiraukannya  karena aku tahu itu adalah uus, sambil berjalan aku bergumam dalam hati “akan ku tunggu di depan asrama putri us”.
Aku duduk dan menunduk  untuk memakai kaos kaki dan sepatu. “ayo berangkat” ajak alis, disusul dengan uus di belakang alis sambil berjalan.
“ bentar dulu aku belum sarapan, mending kita sarapan dulu yu” ajakku kepada mereka
“ aku sudah sarapan” saut alis
“tak apalah kita anter umet sarapan, lets go!” seru uus sambil merangkul bahuku dan alis.
Ku sarapan ditemani mereka, walaupun mereka sudah sarapan tapi mereka tetap mau menemani dan mengantarku. kita memang hanya sebatas teman tapi kita selalu bersama.
Sesampainya ditukang bubur aku langsung memesan semangkuk bubur dan setelah pesananku sudah tiba, tanpa banyak bicara ku sodorkan sendok buburku ke arah mulut mereka walau agak sedikit melenceng tapi itu bisa membuat kita tertawa layaknya sebuah keluarga bahagia.
“Kring,,,” suara bel sekolah berbunyi nyaring, tapi aku tetap saja melanjutkan makan dan tawaku bersama mereka.
“ayo neng sekolah dulu” celetuk tukang bubur
“iya terimakasih mang” saut kita bertiga sambil tersenyum, lalu berlari  menuju kelas.
Tepat pukul 12.00 sudah waktunya untuk pulang sekolah, aku melihat alis yang sedang mampir ke mang ukar untuk membeli gorengan, aku pun  memanggilnya dengan posisi kepala menoleh kebelakang ” alis... ayo cepat masuk asrama” teriakku.
 dilanjuti oleh uus “nanti jemaah dzuhurnya ketinggalan”.
Baru saja aku hendak melanjutkan masuk ke asrama tiba-tiba pengurus (muddabir)  sudah berada tepat di hadapanku, ya karena badannya yang lebih tinggi dariku jadi aku sedikit mengangkat kepala dengan mulut terbuka karena terkejut akan kehadirannya.
“tulis dan hapalkan 25 kosa kata dalam bahasa arab beserta artinya, ini konsekuensi buat kalian karena teriak bahasa indonesia di depan umum”. Ucap mudabbir tersebut
“na’am afwan ukhti ( iya maaf ka)” jawabku menggunakan bahasa arab karena takut hukumannya ditambah, lalu muddabir pun pergi meninggalkan kami.
“huft segala pake acara dihukum lagi “ gunamku dalam hati, sambil bergegas menuju kamar.
“hayya banat jamaaaahhhhhhh, lets go ladies praying together, mubasyaroh illa hamam”
Tak lama kemudian mudabbir kembali berteriak dengan bahasa asingnya, untuk mengajak santri jemaah dzuhur. Setelah selesai jamaah, aku langsung makan siang bersama teman-temanku untuk mengisi  perutku yang sudah keroncongan dari tadi, walaupun dengan makanan seadanya tetapi rasanya tetap selezat masakan umi dirumah. Awalnya aku makan hanya di temani alis, satu persatu temanku datang dan ikut nimbrung tanpa basabasi, semakin banyak nampan ku, dipenuhi tangan para santri, seketika semakin ramai dan recok, seketika itu pula makanan di nampan semakin menghilang disantap para santri tak tersisa. Bagiku itu sudah menjadi hal yang lumrah di pondokku, disaat itulah aku merasa kebersamaan itu sangat indah.
 sesudah makan, aku menulis dan menghafal kosa kata sebagai hukuman dari mudabbir tadi. Berlanjut dengan menyuci pakaian yang hampir menjadi gunung karena sudah 5 hari belum tercuci, tapi aku harus menunggu lama karena tempat yang sudah dipenuhi oleh santri yang lain. sambil menunggu ku kembali menghafal kosa kata. beberapa menit kemudian barulah aku mendapatkan tempat dengan rasa bersemangat akhirnya aku mencuci pakaianku.
Tak berapa lama kemudian “umet, hayya ghosil ma’aya (nyuci bareng aku yu)” ujar alis
“ jadid kholas ( baru selesai)” ucapku
“ yah, ok deh no problem” jawab alis
Ku istirahat sejenak sambil melihat alis menyuci dengan semangat.
“met, dari pada melamun mending bantu alis nyuci” celetuk alis
“ yah lis capek, aku bantu doa aja ya”jawabku sambil mengangkat kedua tangan dan tersenyum seolah-olah ada sebuah humor.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan akhirnya alis dapat menyelesaikan pekerjaannya, adzan asar pun berkumandang.
” yah sudah asar, yu jemaah lis” aku mengajak alis sambil berjalan lalu diapun menyusulku.
Seperti biasa aku jamaah dilanjuti dengan dzikiran bedanya sekarang aku bersemangat mengikutinya. setelah itu, aku pergi mengaji sore.
Setelah mengaji sore, ya aku langsung mengisi perutku dengan sepotong telor dadar asin dan sayur labu siam hambar tetapi tetap saja seperti makan di hotel bintang lima yang walaupun rasanya campur aduk, tetapi itu membuatku semakin bersyukur atas kenikmatan yang luar biasa dari yang maha rahman.
“ prraaaaaaaakkkkkkk!” aku sangat terkejut, ternyata uus yang ribet itu menjatuhkan tumpukan nampan yang di simpan di samping nasi dan lauk di atas meja.
“astagfirullah uus, hati – hati dong” sautku.
“ aku ga mau hati – hati disini, aku maunya hati – hati di hati kamu”
“eeeaaaa” saut para santri yang sedang ngantri mengambil makan. Suasana yang tadi hening gara – gara ulah uus menjadi gaduh.
“bucin woyy, bucin” saut salah satu santri. Semua santri tertawa bersama.
“banat uskut” (putri diam) ujar ka wafi muddabir yang terkenal dengan ketegasannya. Suasana yang tadinya gaduh berubah menjadi hening kembali (krikk.. krikk...krikk..).
Setelah perutku terisi penuh aku langsung ikut mengantri mandi sore tetapi karena antriannya yang begitu panjang membuatku tidak jadi untuk mandi tetapi aku hanya berwudhu saja karena teriakan jemaah magrib sudah terdengar ditelingaku, sebelum melaksanakan jemaah magrib kebiasaan kami yaitu membaca asmaul husna, doa-doa serta sholawatan.
Cuaca dingin dipondok sudah mulai menyelimuti, awan semakin menghitam, matahari mulai menghilang langit gelap menyapu keramaian menjadi kesunyian. Karena hari ini hari sabtu dan tentunya satnightnya santri jadi seusai berjemaah maghrib seperti biasanya di pondokku ini mengadakan acara pengembangan bakat santri yaitu muhadoroh. Aku bergegas keluar asrama untuk berangkat ke aula mengikuti acara muhadoroh malam ini, apalagi malam ini muhadorohnya digabung antara santri putra dengan santri putri. Saat aku mencari sendalku , tiba- tiba uus datang menghampiriku, tapi dia muncul dari arah aula dan membawa satu pasang sandal.
“met, ini sendal kamu?” tanya uus
“ ko bisa di pegang uus gitu sihh”.kataku sambil meledek.
“ jadi gini met, tadi ada temen uus yang gosob sendal, tapi uus heran ko sendalnya mirip sendal umett  dan karena uus mau memastikan, ternyata bener itu sendal umet karena ada tulisan khumaida disendalnya met, yasudah uus ambil deh dan sekarang uus balikin lagi, nih”. Sambil menyodorkannya kepadaku
“wah kebiasaan nih temen uus, gosob aja terusss.”ucapku sambil memakai sendal yang diberikan oleh uus.
“loh ko umett gitu sih, nih ya met asal umet tahu uus tuh berjuang mati-matian demi mendapatkan sendal umett doang, uus mah lari-larian sampe jungkir balik harusnya umet terimakasih dong sama uus”. dengan nada sombong dan melipatkan kedua tangannya didadanya layaknya seorang bos dengan senyuman angkuh dibibirnya.
“gamau ah wlee,,” candaku sambil berlari meninggalkan uus
“ihh umeett tungguin uus dong, uus mau ketemu sama pujaan hati uus” jawab uus dengan nada alay sambil menyusulku
“whuu dasar genitt sini kejar umett kalo bisaa” seruku sambil terus berlari menghampiri alis yang sudah berada jauh didepanku.
 keramaian di aula mulai tedengar suara para santri yang begitu ricuh, seketika hening saat mc membuka acara muhadhoroh. Saat itu aku duduk di paling belakang aula, karena aku sekarang ini sangat capek dan suntuk sekali, jadi aku malas memperhatikannya. Tapi alis yang duduk di sampingku sibuk memperhatikan segala penampilan para santri. Aku hanya terdiam terus melanjutkan lamunan dan hayalanku.
Saat suara tepuk tangan dan sorakan terdengar jelas di telingaku tapi tetap saja aku tidak peduli terhadap itu semua.
“mett..mett lihat nohh masa si uus tampil ganyangka da alis mah” alis berkata dengan nada yang membuatku sadar dari lamunanku dan tangannya yang sedikit memukul pahaku.
aku langsung terperanjat sambil celingak celinguk seperti orang kebingungan.
“mana si uus? Manaa?..subhanallah uus” saat aku melihatnya ternyata uus tampil pidato bahasa arab, aku kagum melihatnya karena kapan dan dimana dia menghafal atau belajarnya. Dia membawakan pidato arab dengan sangat luar biasa dan pembacaannya pun sangat fasih sekali seperti orang arab asli. Karena aku sangat kagum tanpa kusadari ternyata uus sudah selesai menampilkan pidatonya, tepuk tangan dan sorakan santri begitu heboh sehingga membuat suasana sangat meriah.
Waktu demi waktupun terlewati tak terasa mc sudah menutup acara muhadoroh ini, semua santri pun pulang ke asrama dan bergegas pergi kembali ke kamarnya masing-masing.
“lis tunggu” sambil mencari sendalku yang entah dimana.
“lis na’li doats” sambungku dengan nada kencang, dan alis menghampiriku untuk ikut mencari sendalku.sementra para santri sudah tidak ada di area aula.
“ di ghosob kali met, udah nyeker aja” ujar alis.
“ ihh gamau ah sakit kakinya” sautku.
“ ayo mett sudah malam ini, takut ihh mana cuman berdua”.
Kita terdiam sejenak lalu alis membuka percakapan kembali “ahah mending umet alis gendong aja met”seru alis.
“yakin lis?”. Sautku
“ayolah” sambil menyodorkan punggungnya untuk ku naiki.
Ya tanpa basabasi aku menaiki punggung alis tetapi dipertengahan jalan alis menurunkanku dari punggungnya “ente berat bangett sih mett”seru alis.
 “yaudah sini sendal alis”kataku
“buat apa?” saut alis sambil menyodorkan sendalnya
Aku memakai sendal alis dan ku sodorkan punggungku untuknya.
“ayo naik” ajakku, tanpa banyak bicara alis langsung menaiki punggungku, karena ini sudah menjadi kebiasaan kita berdua. Hingga akhinya kamipun tiba didepan asrama
Angin yang sangat dingin membuatku segera membuka pintu kamarku disusul dengan alis dan uus teman satu atapku.
“us ko kamu bisa pidato bahasa arab gitu sih?, mana keren lagi” ujarku sambil menunjukan ibu jari ku.
“oiya dong” dengan nada agak sedikit sombong sambil menggelar kasur-kasur yang tertumpuk di samping dekat pintu.
“ tapi kapan kamu menghafal semua itu” jawab alis yang sedang merapikan lemarinya.
“jadi gini met, lis minggu lalu uus telat mengaji dan uus di hukum oleh muddabir pendidikan untuk menghafal pidato bahasa arab, mana waktunya cuman dua hari lagi, kan uus jadi takut dan segan. Terus uus ngafalin deh tanpa sepengetahuan kalian, karena uus malu kalau kalian tahu uus dihukum. Dan uus tidak perlu menghafal kembali pidatonya, kan uus sudah hatam” sambil nyengir dan tidur di sebelahku.
“iya,iya us percaya deh” jawabku. “Emm ternyata ga rugi  terkena hukuman dari muddabir malah membuat kita jadi semakin banyak mempunyai pengalaman dan ilmu” gumamku dalam hati.
Seperti biasa muddabir pun datang kekamar untuk mengingatkan belajar, mengisi pr dan menyiapkan jadwal pelajaran, dan tak lupa jangan tidur terlalu malam. Alis langsung mematikan lampu dan tidur di samping uus.
 ****
Pagi yang sangat cerah mambuatku semangat beraktifitas kembali. Dilanjutkan dengan upacara apel, senam dan duha bersama lalu sarapan nasi uduk yang terkenal dipondokku ini, yaitu nasi uduk ma enni dengan sambal yang pedas dapat memanjakan lidah para santri.
Ku teringat pakaian yang ku jemur kemarin, dan al hasil bajuku kering. Hal yang sederhana seperti itupun bisa membuatku bahagia. Layaknya menemukan sugudang emas. Tak usah jauh-jauh mencari kebahagiaan, bahkan hal yang konyol pun bisa membuat ku tertawa seperti suara kentut dari salah satu temanku saat makan tadi.
 Matahari sudah berada diatas kepalaku, sambil duduk didepan asrama kuperhatikan dan kudapati para santri sudah banyak dikunjungi oleh orangtua dan keluarga nya. Mereka bercanda tawa di depan asrama menghilangkan kerinduan di hati mereka dan saling berbagi cerita antar satu dengan yang lainnya,ada juga yang sedang berbagi kesedihan dengan orangtuanya. aku jadi teringat ketika aku masih anak baru aku juga sering melakukan hal yang sama.
Kenapa harus mondok?
Pertanyaan itu dulu selalu terlintas didalam pikiranku, tetapi sekarang semuanya sudah terjawab oleh waktu. Mondok itu bukanlah hal yang menakutkan , bukan juga tempat orang-orang kuno tapi mondok itu merupakan hal yang menyenangkan dan hal yang tidak biasa bagi semua orang, namun pondok itu tempatnya orang-orang berjihad dengan mendapatkan segudang pengalaman dan berbagai ilmu.
Dulu aku aneh dengan santri manusia yang ada di era globalisasi masih bertahan dengan segala perubahan zaman dan teknologi yang meroket, mereka tetap bertahan dengan segala prinsipnya, dengan peci yang selalu bertahan di kepalanya, tak terganti oleh hal apapun meski banyak topi bergaris tiga yang bertuliskan adidas dibawahnya. Baju koko nya pun tak menghiraukan distro keren di luar sana. Apalagi celana jeans yang elegan tak disentuhnya mereka tetap memakai sarung yang melilit rapi di pinggangnya.
Tetapi sekarang aku tau apa yang membuat santri bertahan dengan prinsip dan pakaiannya.
Seiring berjalannya waktupun aku tau kenapa aku bisa berada dipondok pesantren Al-aulia ini dan  bisa mendapatkan gelar istimewa yang tidak tertulis yaitu santri. semuanya terjawab saat aku sudah menjalaninya, aku sangat bangga menjadi santri karena aku bisa melakukan hal hal yang tidak biasa di lakukan oleh orang lain, sekarang aku tidak menilai sesuatu sebelum aku melakukannya karena sekarang hanya ada satu yang perlu aku lakukan untuk dapat melakukan semuanya dan mendapatkan apa yang tidak kuketahui dengan melaksanakan tugasku sebagai seorang santri. Karena menjadi santri merupakan suatu kenikmatan bagiku bahkan tidurnya dan diamnya santri dipondok itu merupakan suatu ibadah Dan membawa keberkahan. Hukuman dipondok dapat menambah keberanian, wawasan dan pengalaman yang bisa dibagikan untuk oranglain.

Selesai....
Thank’s for time ^_^
Al Aulia Islamic boarding school
#SH2
#spentilas
#pkrm13
























































Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Semoga hasil memuaskan, ceritanya bagus..

    BalasHapus
  3. Good luck for to you all, we must spirit 💪😉😘

    BalasHapus
  4. Wish keren bgt dah,..bner bat tuh hukuman itu jadi pelajaran buat para santri..menginspirasi ihh suka ceritanya..karena ini juga santri😀 semangat lah

    BalasHapus
  5. Ok buat yang komen kasi pagar nama di bawahnya😉

    BalasHapus
  6. Bagus banget nett acu suka syekalih😍

    BalasHapus
  7. Sibotak minum bir.. "TAKBIRR"..
    Bagus bgt ceritanya.. kerasa bgt persahabatan dipesantren sangatlah menyenangkan ({})

    #ciee ada akunya wkwk
    @alissulistiani

    BalasHapus
  8. Keren eum cerpennya menginspirasi pisan euyy.. 😍😍😍 sukses teruuss umeettt 😘

    BalasHapus
  9. Kereenn...semangat n teruslah berkarya...good luck����

    BalasHapus
  10. Baguuusss bingiit ibu jd pengen pesantren jd santriwati kayanya asiikkk tuuhh

    BalasHapus
  11. ceritanya bagus de..semangat dan sukses selalu..😊😊

    BalasHapus
  12. Ceritanya bagus, semoga tidak hanya jadi cerpen tapi bisa dijadikan novel juga, terus kembangkan semangat kakak😊😊😊

    BalasHapus
  13. Ceritanya bagus, semoga tidak hanya jadi cerpen tapi bisa dijadikan novel juga, terus kembangkan semangat kakak😊😊😊

    BalasHapus
  14. Emang lah cuma santri doang yang kebiasaannya berbeda dari yang lain, ia the best lah buat cerpen nya kebiasaan dipondoknya tergambar kan banget, persahabatan terjalin banget, cuma santri yang makan satu nampan bareng2, cuma santri yang satnight nya muhadoroh, cuma santri yang mimpinya kek gitu karena dia jomblo fisabilillah, cakep dah ceritanya,kereennn abiss, tetep semangat buat kedepannya ya oke❤️❤️❤️❤️

    BalasHapus
  15. Semangat terus yaaa❤️ cerpennya bagus banget, ceritanya itu lohh ada lucunya dan ada hikmahnya ya benar juga kita itu jangan suka ngelanggar dan kalo ngelanggar harus Nerima hukuman dan menjalani nya jangan malah down karena dikasih hukuman, justru kita harus berani bertanggung jawab jika sudah berbuat😊 bagus ceritanya😍

    BalasHapus
  16. Bagus banget ceritanya, semangat terus buat ngembangin ceritanya ya❤️❤️❤️

    BalasHapus
  17. a good and interesting short story👍👍
    Good luck 😊😊

    BalasHapus
  18. Ceritanya manis banget 😍 membacanya membuatku ingat masa-masa menjadi anggota ketika dipesantrean 😅 good luck khumaida, teruslah berkarya selama kau masih berpijak dibumi 😊😉

    BalasHapus
  19. Keren syekalii midaaaaa
    :) semoga berhasil sukses telussss

    BalasHapus
  20. Wah ceritanya keren sekali, menarik, dan ceritanya menginspirasi, narasinya bagus, kebiasaan santri banget ceritanya... saya suka sekali

    BalasHapus
  21. Aaaa cerpennyaaa bagus euyy❤syukaasyukaaa menginspirasii,yapss awalnya bikin nipu oranggg🤣🤣kereeen❤semangat terus teteh:)

    BalasHapus
  22. Keren banget umett cerpennya menginspirasi ..dan aku sangat sukaaaa l😍😘#RAP

    BalasHapus
  23. Ceritanya kereeen�� sangat menginspirasi ��

    BalasHapus
  24. Ceritanya Bagus, menghibur ga ngebosen bacanya 😊😊

    BalasHapus
  25. Kerennya semangat..bagus bt

    BalasHapus
  26. Satu kata untukk cerita inii.. Kerenn..

    BalasHapus

Posting Komentar